
Agar konsep Personal Knowledge Management (PKM) tidak hanya menjadi teori, tetapi bisa diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan keluarga, maka perlu dipahami lima komponen inti yang menjadi dasar proses PKM. Komponen-komponen ini saling berkaitan dan membentuk alur belajar yang aktif, reflektif, dan berkesinambungan.
Berikut adalah kelima komponen dasar tersebut:
- Mengidentifikasi Pengetahuan yang Dibutuhkan
Setiap proses belajar yang bermakna selalu dimulai dari rasa ingin tahu. Maka, langkah pertama dalam PKM adalah mengenali apa yang ingin dipelajari. Anak perlu dilatih untuk bertanya pada dirinya sendiri:
- “Apa yang aku ingin tahu?”
- “Mengapa aku ingin mempelajarinya?”
- “Apa hubungannya dengan kehidupanku?”
Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan belajar ini menumbuhkan kesadaran belajar (learning awareness). Orangtua dapat membantu dengan memfasilitasi percakapan ringan yang mendorong eksplorasi minat anak. Misalnya: “Kamu penasaran tentang dinosaurus ya? Apa yang ingin kamu tahu—tentang jenisnya, makanannya, atau bagaimana mereka punah?”
- Mencari dan Mengumpulkan Informasi
Setelah tahu apa yang ingin dipelajari, langkah berikutnya adalah mencari informasi yang relevan dan terpercaya. Di era digital, sumber informasi sangat melimpah. Namun, anak perlu dibimbing agar tidak sekadar mengumpulkan informasi, tetapi juga belajar memilih sumber yang sesuai dan valid.
Informasi bisa didapat dari berbagai cara: membaca buku, menonton video edukatif, mendengarkan cerita, berdiskusi dengan orang lain, hingga melakukan eksperimen kecil. Orangtua berperan penting dalam menyaring dan menyederhanakan sumber agar sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
- Menyimpan dan Mengorganisasi Pengetahuan
Pengetahuan yang didapat tidak boleh berhenti di kepala. Anak perlu diajarkan untuk menyimpan informasi secara sistematis agar mudah diakses kembali dan bisa berkembang seiring waktu. Ini bisa dilakukan dengan cara:
- Menulis jurnal belajar harian
- Membuat catatan visual atau gambar
- Menyusun peta konsep (mind map)
- Mengoleksi kartu informasi (flashcard)
- Menggunakan folder atau kotak proyek
Kegiatan ini bukan sekadar mencatat, tetapi juga melatih anak mengorganisasi pikirannya, memahami struktur informasi, dan mulai membangun kebiasaan reflektif.
- Menganalisis dan Mengaitkan Pengetahuan
Inilah inti dari PKM: bukan hanya menyerap informasi, tetapi memaknai dan menghubungkannya dengan apa yang sudah diketahui atau dialami. Misalnya, setelah belajar tentang hujan, anak diajak untuk mengamati cuaca sekitar, lalu menjelaskan bagaimana awan terbentuk dan mengapa hujan turun.
Mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari membuat informasi menjadi lebih relevan dan bermakna. Di sini, anak belajar berpikir kritis, mengembangkan logika, dan menyadari bahwa belajar bukan aktivitas terpisah dari hidupnya.
- Membagikan Pengetahuan
Pengetahuan yang dibagikan akan semakin kuat tertanam. Anak perlu diberi ruang untuk menceritakan kembali apa yang ia pelajari—baik lewat cerita, gambar, presentasi kecil, atau membuat video sederhana. Misalnya, anak yang baru belajar tentang hewan laut bisa membuat poster “Fakta Menarik tentang Paus” dan menjelaskannya kepada keluarga.
Berbagi juga melatih keberanian, komunikasi, dan empati. Anak belajar bahwa ilmu bukan untuk disimpan sendiri, tapi untuk memberi manfaat kepada orang lain.
Dengan memahami dan menerapkan kelima komponen ini, PKM akan menjadi proses belajar yang aktif, menyenangkan, dan penuh makna — baik untuk anak maupun orangtua sebagai fasilitator. Komponen-komponen ini juga dapat disesuaikan dengan usia, gaya belajar, dan kebutuhan masing-masing keluarga, sehingga benar-benar membumi dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika mempunyai pertanyaan berkaitan dengan tulisan, pelatihan, pendampingan dan layanan kami, serta berkeinginan kerjasama, silahkan kontak kami, haitan.rachman@inosi.co.id