
Kita hidup di era yang disebut sebagai abad informasi, di mana pengetahuan dan data tersedia di ujung jari. Anak-anak yang tumbuh dalam dunia digital memiliki akses ke informasi dalam jumlah tak terbatas—melalui Google, YouTube, media sosial, dan berbagai platform edukatif. Namun, akses yang mudah bukan jaminan bahwa informasi tersebut akan dipahami dengan benar atau dimanfaatkan secara bijak.
Justru di sinilah letak tantangan besar: anak-anak sering kali terpapar informasi lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk memprosesnya secara kritis dan sistematis. Mereka bisa tahu banyak hal, tapi belum tentu memahami kedalamannya, apalagi mampu menyaring mana yang benar, mana yang menyesatkan, dan mana yang relevan dengan kehidupannya.
Inilah salah satu alasan paling mendasar mengapa Personal Knowledge Management (PKM) sangat penting diterapkan di lingkungan keluarga. PKM tidak hanya memberikan alat untuk mengelola pengetahuan, tapi juga menanamkan kesadaran dan keterampilan belajar kritis yang sangat dibutuhkan di era digital.
Tanpa PKM:
1. Anak Bisa Terjebak dalam Informasi Palsu atau Menyesatkan
Berita hoaks, teori konspirasi, dan konten berisi informasi tidak valid sangat mudah tersebar. Tanpa kemampuan menilai kredibilitas sumber, anak bisa menganggap semua informasi yang mereka temukan sebagai kebenaran.
2. Anak Belajar Secara Acak, Tanpa Struktur atau Arah
Internet menyediakan konten dari berbagai topik secara bebas. Tanpa manajemen, proses belajar bisa menjadi tidak fokus dan tidak berkelanjutan. Anak mengakses banyak hal, tetapi tidak mendalaminya.
3. Anak Menjadi Konsumen Pasif, Bukan Pencipta Pengetahuan
Anak hanya menyerap konten tanpa menganalisis, menyimpulkan, atau menciptakan sesuatu dari apa yang ia pelajari. Akibatnya, mereka tidak merasa memiliki kendali atas proses belajarnya.
Dengan PKM:
1. Anak Menjadi Pemilih Informasi yang Bijak
PKM mengajarkan anak untuk memverifikasi sumber, membandingkan data, dan mempertanyakan informasi yang ia temui. Ini membentuk sikap kritis terhadap media digital.
2. Anak Memahami Bahwa Pengetahuan Bukan Hanya untuk Disimpan, Tapi Juga Dipakai dan Dibagikan
Anak belajar menyimpan informasi penting dengan cara yang sesuai (jurnal, mind map, ringkasan), lalu menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Pengetahuan menjadi alat untuk berpikir, memecahkan masalah, dan berkontribusi.
3. Anak Merasa Berdaya dalam Proses Belajarnya Sendiri
PKM membangun kemandirian dan kepercayaan diri. Anak menyadari bahwa ia punya kontrol atas apa yang ia pelajari dan bagaimana ia belajar. Ini menciptakan motivasi intrinsik untuk terus berkembang.
Dengan kata lain, PKM adalah tameng sekaligus kompas dalam menghadapi tantangan era digital. Tameng, karena melindungi anak dari bahaya informasi yang tidak valid. Kompas, karena membantu mereka menemukan arah dan tujuan belajar yang bermakna.
Peran orangtua sangat penting dalam menerapkan PKM ini di rumah. Dengan menjadi fasilitator dan teman diskusi, orangtua dapat membantu anak tidak sekadar “mengonsumsi” internet, tetapi menggunakannya sebagai alat untuk tumbuh, berpikir, dan mencipta.
Di era digital, kemampuan memilah dan mengelola informasi menjadi keterampilan hidup yang tak tergantikan. Dengan PKM, anak tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sebagai pembelajar yang cerdas dan tangguh.
Jika mempunyai pertanyaan berkaitan dengan tulisan, pelatihan, pendampingan dan layanan kami, serta berkeinginan kerjasama, silahkan kontak kami, haitan.rachman@inosi.co.id